Toko Buku Online

Toko Buku Online
Toko Buku Online InsanBuku.com : Where's the book you can get!

Senin, 08 Agustus 2011

Memanusiakan Manusia

Suatu ketika ada teman yang mengeluhkan tentang kondisi teman sekelasnya.
"Kok dia begitu ya? Di kelas sering tidur, di kegiatan sering gak ada, tambah lagi nilai-nilainya banyak yang jeblok. Apa emang begitu yang namanya aktivis dakwah?"
Pertanyaan tersebut wajar dilontarkan oleh "orang luar". Posisinya sebagai pengamat hanya akan mengetahui fakta-fakta yang ada dari sudut pandang dia sebagai pengamat. Akibatnya yang dinilai hanyalah buah dari apa yang dikerjakan oleh pelaku utama. Ketidakmampuannya mengorek fakta-fakta sebenarnya dari kejadian yang dia anggap sebagai fakta sebenarnya, padahal itu hanyalah hasil dari proses, membuatnya seringkali kecewa. Terlebih lagi hasilnya kebanyakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Namun hal tersebut bukan menjadi pembenaran bagi pelaku utama. Apalagi posisinya sebagai aktivis dakwah dituntut harus selalu tampil prima. Walaupun pada kenyataannya aktivis dakwah ini adalah manusia juga. Ia makan seperti manusia biasa. Ia juga butuh istirahat layaknya orang pada umumnya. Mungkin ia juga pernah salah dalam beberapa hal. Ketidaksempurnaan ini dominan muncul ke permukaan karena ia seorang da'i. Seluruh mata tertuju padanya. Orang akan lebih mudah mellihat kesalahan-kesalahan "kecil"nya dibandingkan dengan kebaikan-kebaikan yang pernah ia perbuat, bahkan kebaikan kepada orang yang turut mencemoohnya.
Sifat salah sangat melekat pada manusia. Mengapa manusia disebut insan dalam bahasa Arab karena manusia seringkali lupa (salah). Oleh karena itu, Allah menetapkan rambu-rambu-Nya dalam Al Qur'an dan As Sunnah agar manusia tidak jauh terjerembab dalam kesalahan. Para da'i itu tahu kesalahan-kesalahan yang dilakukannya adalah sifat dari manusia itu, tetapi di balik itu usaha-usaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut terus dilakukan. Ia tahu konsekuensi menjadi seorang aktivis dakwah akan menyita seluruh waktu dan energinya untuk kepentingan dakwah. Tentunya Anda akan berpendapat, "Ya benar, tapi keluarga, akademik, pekerjaan juga bagian dari dakwah bukan?" Betul sekali. Mereka juga menyadari itu. Bahkan visi mereka telah melampaui 20-30 tahun ke depan dimana mereka akan menjadi orang-orang yang akan menempati posisi-posisi penting di negeri ini. Dan mereka tahu betul pondasi utama untuk itu adalah keluarga. Jangan sekali-sekali meremehkan perihal ini. Anda bisa menanyakannya kepada "orang-orang sukses" di negara Anda kapan mereka memulai kesuksesan mereka? Sebelum atau setelah berkeluarga? Visi ini tidak akan bisa Anda cerna jika Anda tidak membuka kesempatan pendapat nyeleneh ini masuk ke dalam pikiran Anda.

Ada juga teman saya yang menyatakan bahwa teman seperjuangannya saat ini tidak semilitan dahulu. Pernyataan ini patut kita acungi jempol karena sedikit sekali yang berpikiran seperti itu. Namun perlu sedikit koreksi. Yang lebih tepat adalah teman kita saat ini tidak sama dengan yang terdahulu karena kondisi dan situasi zaman yang berubah. Mereka bukan tidak militan, tetapi mereka tidak tahu bagaimana militan yang dimaksud. Apakah tiap hari harus aksi? Atau mengebom diri seperti mujahid-mujahid di Palestina? Yang jelas tidak keduanya. Sekali lagi karena kondisi dan situasi zaman yang berubah menuntut para da'inya juga berubah. Tentunya tidak lantas melebur ke dalam kemaksiatan sehingga kita tidak bisa membedakan lagi yang mana kawan, yang mana lawan. Selain itu juga kita mesti mendahulukan memenuhi hak daripada menuntut kewajiban. Wajar saja jika pada akhirnya banyak yang kabur lantaran hak-haknya sebagai manusia tidak terpenuhi. Contohnya ketika sedang menghadapi ujian, qiyadahnya tidak peduli, tetap saja diberikan pekerjaan dengan alasan melatihnya agar lebih militan. Banyak contoh lainnya yang seringkali kita abaikan sebagai pemimpin akibatnya sosok kepemimpinan kita hanya sebatas legal formal. Setelah masa jabatan selesai, selesai pulalah kepemimpinan kita.
Dengan Anda membaca tulisan ini, semoga kita bisa lebih memanusiakan manusia. Dalam hal ini mungkin ia adalah teman Anda, bawahan Anda, atau bahkan Anda sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar