Tak terasa sudah di akhir bulan Sya'ban. Yang berarti tinggal menunggu kepastian dari pemerintah kapan awal Ramadhan. Namun sepertinya Ramadhan kali ini akan sedikit berbeda. Segala ikhtiar ukhrawi dan duniawi akan kufokuskan pada satu titik. Menggenapkan separuh agama. Aku belum lulus kuliah, belum juga berpenghasilan. Peganganku hanya satu, yaitu firman Allah swt. dalam surat An Nur ayat 32 bahwa Allah akan mencukupkan bagi siapa saja yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dirinya.
Keyakinanku kali ini mengalahkan logika yang selama ini terbentuk di masyarakat umum. Kaya dulu, baru menikah. Lulus dulu, baru menikah. Lulus dulu, kaya dulu, bahagiakan orang tua dulu, baru menikah. Bagaimana kalau kita balik? Menikah dulu, setelah itu kebahagiaan orang tua, kekayaan, dan prestasi akan menghampiri. Awalnya pemkiran ini kupikir hanya aku, Ust. Yusuf Mansur, dan Ippho Santosa yang mengamininya. Ternyata orang-orang terdekatku juga mengamininya. Sekarang sudah ada 5 orang dari mereka yang sudah menikah. Ketika itu -persis sekali dengan apa yang saya katakan- mereka belum lulus kuliah, belum juga punya penghasilan. Namun setelah itu kemudahan yang memang sudah Allah janjikan -walau seringkali kita tidak percaya- hadir terus menerus di tengah-tengah keluarga kecil mereka.
Sebagai contoh saja, saudara seimanku satu ini waktu awal menikah hanya seorang guru bimbel. Dengan honor mengajar lima ratus ribu rupiah, ia bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari (tentunya dengan seizin Allah). Makin lama honornya bertambah seiring dengan jam mengajar yang bertambah pula, ditambah gaji sebagai karyawan. Tidak berhenti sampai di situ. Menjelang kelahiran anak pertamanya, ia naik jabatan sebagai kepala cabang. Subhanallah. Begitu besar kuasa Allah bagi siapa yang meyakininya dengan sebenar-benar iman. Setelah apa yang kubaca ('ilmul yaqin) dan kusaksikan ('ainul yaqin), bertambah-tambahlah keyakinanku (haqqul yaqin) untuk memenuhi sunnah Rasulullah saw. (menikah) tahun ini. Insya Allah.
Faidzaa azzamta fat tawakkal 'alallahu.
Awang Darmawan
Inilah blog pribadiku, dimana semua curahan pikiran dan hatiku kutumpahkan disini.
Toko Buku Online
Rabu, 18 Juli 2012
Selasa, 22 November 2011
Tidak Cukup Berjenggot Lebat/ Berjilbab Panjang
Pernah seorang teman bertanya, "Kenapa ya si fulan dan fulanah saudara kita itu bercerai? Padahal baru bulan lalu mereka menikah dan mereka ikhwah lho.." Saya hanya bisa menjawabnya dengan senyuman sambil berkata di dalam hati, "Mereka juga manusia." Di beberapa pertemuan pembimbingku juga menceritakan hal yang sama bahwa akhir-akhir ini cukup banyak ikhwah yang menikah muda bercerai di usia pernikahannya yang masih belia. Apa masalahnya? Klasik. Ada yang karena merasa dilecehkan oleh keluarga istri karena tidak kunjung-kunjung mendapatkan penghasilan. Ada yang merasa ilmu agama suami tidak sepadan dengannya secara ia lulusan dirasat Islam di perguruan tinggi tertua di Kairo. Ada yang tidak sevisi dalam mendidik anak. Ada juga yang karena masalah sepele, tidak suka dengan bau badan suaminya. Cerita di atas sekilas hanya dapat kita jumpai di infotainment-infotainment, tetapi ternyata ini juga terjadi di kalangan ikhwah yang notabenenya memiliki pemahaman agama yang lebih baik.
Bekal-bekal sebelum menikah seperti ilmu agama, pekerjaan, hafalan qur'an, ilmu mendidik anak, dsb. bisa jadi tidak akan berguna jika tidak dibarengi dengan kelapangan hati dalam menerima kekurangan dan kelebihan pasangan masing-masing. Selain itu juga yang patut kita garis bawahi adalah komunikasi. Seringkali persoalan sepele ini yang menjadi akar permasalahan. Sebagai contoh, biasanya laki-laki agak sulit mengungkapkan perasaannya kepada istrinya, sebaliknya wanita mengharapkan suaminya sering mengucapkan kata-kata manis kepadanya. Sikap biasa suami dianggap oleh istri bukti tidak cintanya lagi kepadanya. Kalau ini tidak dibarengi dengan ilmu komunikasi, ilmu psikologi, pemahaman (bukan ego), dan tentunya iman yang kuat akan menjadi bencana bagi keluarga tersebut.
Tentunya tulisan singkat ini bukan untuk menggurui. Toh yang menulis juga belum merasakan yang namanya berkeluarga. Bukan juga ingin mengeneralisir karena jauh lebih banyak pasangan ikhwah yang sukses mengarungi bahtera rumah tangganya. Pada akhirnya kita hanya bisa berdoa, "Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa." Semoga Anda dan saya dapat menemukan pasangan yang "tepat" dan dapat melalui track rumah tangga dengan baik.
Allahumma aamiin.
Bekal-bekal sebelum menikah seperti ilmu agama, pekerjaan, hafalan qur'an, ilmu mendidik anak, dsb. bisa jadi tidak akan berguna jika tidak dibarengi dengan kelapangan hati dalam menerima kekurangan dan kelebihan pasangan masing-masing. Selain itu juga yang patut kita garis bawahi adalah komunikasi. Seringkali persoalan sepele ini yang menjadi akar permasalahan. Sebagai contoh, biasanya laki-laki agak sulit mengungkapkan perasaannya kepada istrinya, sebaliknya wanita mengharapkan suaminya sering mengucapkan kata-kata manis kepadanya. Sikap biasa suami dianggap oleh istri bukti tidak cintanya lagi kepadanya. Kalau ini tidak dibarengi dengan ilmu komunikasi, ilmu psikologi, pemahaman (bukan ego), dan tentunya iman yang kuat akan menjadi bencana bagi keluarga tersebut.
Tentunya tulisan singkat ini bukan untuk menggurui. Toh yang menulis juga belum merasakan yang namanya berkeluarga. Bukan juga ingin mengeneralisir karena jauh lebih banyak pasangan ikhwah yang sukses mengarungi bahtera rumah tangganya. Pada akhirnya kita hanya bisa berdoa, "Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa." Semoga Anda dan saya dapat menemukan pasangan yang "tepat" dan dapat melalui track rumah tangga dengan baik.
Allahumma aamiin.
Rabu, 16 November 2011
My Life Map rev. 2011
Road to Food & Beverages Business Owner 2020 & Investor 2030
Awang Darmawan_1st Richest Man in the World 2040
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Langganan:
Postingan (Atom)